 |
warnanya indah bukan?? |
Minggu pagi yang cerah, mengantarkan kami ke kawasan wisata Ciwidey salah satunya Kawah Putih terletak sekitar 47 Km dari pusat Kota Bandung. Perjalanan kami dimulai jam 8.00 menggunakan motor dari Jalan Kopo ke arah Soreang melewati Daerah Pemerintahan Kabupaten Bandung kemudian menuju terminal Ciwidey, sedangkan 3 orang lainnya berhubung mereka adalah berdomisili didaerah soreang, mereka menggunakan Angkutan Umum (Elep) dari arah Soreang menuju terminal Ciwidey, jarak tempuh sekitar 30 menit dengan hanya mengeluarkan ongkos Rp. 3.000,00 (tigaribu rupiah). Kemudian perjalanan mereka dilanjutkan angkutan umum yang ke arah Kawah Putih, ongkosnya sekitar 5.000, (limaribu).
 |
beautiful view... |
Saya dan seorang temanku menggunakan kendaraan bermotor menuju Kawah Putih, Jarak tempuh yang lumayan jauh, jalan yang berkelok-kelok, mengharuskan kami untuk berhati-berhati penuh konsentrasi. Walaupun demikian semuanya terobati dengan pesona alam yang indah selama diperjalanan, hamparan sawah dan kebun teh yang luas, gunung-gunung yang menjulang, tebing-tebing yang menjulang, tak sanggup untuk mengedipkan mata sedikitpun.
Akhirnya setelah 1 Jam di perjalanan mengantarkan kami ke Kawah Putih, setelah menunggu beberapa menit 3 orang teman yang kami telah sampai. Seperti biasa semuanya “eksis” tuk berfoto-foto alias “narsis” hehehe… di depan pintu masuk.
 |
rame-rame memang asyik..:) |
Untuk memasuki kawasan Kawah Putih harus membayar tiket Rp. 25.000,-/orang termasuk kendaraan yang dipergunakan untuk memasuki kawasan itu yang disebut “ontang anting”,. Kawah Putih berada ditengah-tengah hutan belantara, sehingga tak terbayangkan bila dimalam hari kami berada dikawasan hutan itu tanpa menggunakan kendaraan apapun..hemmm menyeramkan. Tapi mungkin itu hanya bayanganku saja, kalau kalian tak percaya silahkan kalian buktikan sendiri yaa..tengah malam jalan menuju kawasan sana..hihihiii..


Ternyata Sampai Juga pemandangan yang kami tunggu-tunggu, pesona alam yang berwarna putih kehijauan (toska) yang keluar dari Danau yang terbentang luas. Membuat mata kami melek dan tak henti-hentinya bersyukur atas anugrah yang Maha Kuasa Allah Swt. Banyak para pengunjung yang memanfaatkan untuk kegiatan Photograpy, Preweding, atau hanya sekedar memotret biasa seperti kami untuk mengabadikan keindahanya. Warna air yang menggoda untuk menghampirinya tapi sayang disana tidak boleh untuk berenang yaa.. secara semburan lava dan belerang nya masih aktif lho, yang bisa menyebabkan kulit terbakar. Dan menurut peraturan yang terpampang disana tidak boleh melebihi 15 menit untuk berada dikawasan kawah karena bisa mengakibatkan kesehatan yang kurang baik seperti mata perih,sesak pernapasan, dll.
 |
seperti "surga"... |
Memang benar disana lumayan membuat mata kami berair, untung saja membawa kacamata, untuk sedikit meredakan supaya tidak terlalu silau dengan warna yang sangat kontras dengan tebing-tebing yang menjulang disekitarnya. Tak mau berlama-lama disana yang mulai terasa sesak, segera kami bergegas meninggalkan kawasan itu.Waktu menunjukan baru jam 12.30, saatnya beristirahat membuka perbekalan (Nasi timbel, Ikan Pindang bumbu balado, tahu tempe) Emmm yummi…mari makan-makan..
Setengah jam beristirahat perut yang kenyang, cukup untuk melanjutkan perjalanan kami ke Situ Patengan.Sayang teman-teman yang lainnya tidak bisa ikut dikarenakan ada keperluan. Hanya kami berdua (saya dan Anggi) memutuskan untuk melanjutkan menikmati keindahan lainnya masih berada di kawasan Ciwidey. Menuju Situ Patengan bila ditempuh menggunakan angkutan umum hanya dengan 30 menit dan mengeluarkan kocek sebesar Rp. 3.000,- , tapi cara itu kami tak gunakan, kami berdua ingin mencoba berjalan kaki dari Kawah Putih menuju Situ Patengan memang cukup jauh sih, tapi tak apalah sesekali menikmati indahnya dunia tanpa fasilitas, terbukti memang sepanjang kami berjalan, udara segar yang dihirup, mata bersinar yang tak pernah berkedip sedikitpun melihat keagungan dari Maha Pencipta.
 |
hamparan hijaunya laksana karpet.. |
Menyusuri jalan raya dan kebun teh lumayan sangat menyita waktu bila dihitung-hitung tapi tak akan terbayar oleh apapun untuk menikmati semua indahnya pesona alam. Jam 14.30 baru sampai di daerah Desa Walini, duduk sebentar di sebuah warung disekitar kawasan Wisata “Air Panas Walini” lumayan untuk melemaskan otot kaki yang terasa pegal, dan menggannjal perut yang mulai keroncongan sambil menikmati indahnya hamparan kebun teh yang terbentang luas., jauh mata memandang, Emmm…Kira-kira berapa hektar yaaa???? Waduuuh..gak terhitung..silahkan dech yang mau ngukur sendiri aja yaa..(ditunggu informasinya).hihii..
Terlihat papan di sebuah jalan Cagak arah lurus menuju ke Situ Patengan dan kalo belok menuju ke arah Curug Citambur, dipersimpangan terlihat sebuah mesjid tepatnya di Desa Patengan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung, karena sudah memasuki Shalat Ashar kuputuskan untuk melakukan sembahyang terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan, sambil “ngaso” tentunya. Menurut salah satu masyarakat yang kami tanya di daerah sana kira-kira 1,5 Km atau sekitar 25 menit lagi yang harus kami tempuh untuk menuju Situ Patengan dengan berjalan kaki.
 |
jalan menuju Situ |
 |
Kantor Kecamatan Rancabali |
Akhirnya sampai juga di depan Pintu Masuk Kawasan Situ dengan hanya membayar tiket masuk sebesar Rp. 6.000 per orang, apabila pengunjung memakai kendaraan pribadi mungkin biayanya akan berbeda. Dari kejauhan selama kami menelusuri jalanan yang dikelilingi kebun teh ini dari Situ Patengan sudah terlihat sangat mempesona, sambil menikmati segarnya buah strawbery yang tadi dibeli ditempat oleh-oleh.
 |
situ patengan di kejauhan |
 |
si merah diantara yang hijau.. heem segeer.. |
Berdasarkan informasi yang tertera di lokasi wisata, situ Patenggang berasal dari bahasa Sunda, pateangan-teangan (saling mencari). Mengisahkan cinta Putra Prabu dan Putri titisan Dewi yang besar bersama alam, yaitu ki Santang dan Dewi Rengganis. Mereka berpisah untuk sekian lamanya.
Karena cintanya yang begitu dalam, mereka saling mencari dan akhirnya bertemu di sebuah tempat yang sampai sekarang dinamakan “Batu Cinta”. Dewi Rengganispun minta dibuatkan danau dan sebuah perahu untuk berlayar bersama. Perahu inilah yang sampai sekarang menjadi sebuah pulau yang berbentuk hati (Pulau Asmara /Pulau Sasaka). Menurut cerita ini, yang singgah di batu cinta dan mengelilingi pulau asmara, senantiasa mendapat cinta yang abadi seperti mereka. Nah tuk mendapatkan cinta yang abadi silahkan berkunjung ke sini yaa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar