Aditya Nurdiansyah adalah adik sepupuku, anak pertama dari Paman adik bungsu bapakku, dia terlahir tanggal 26 Desember 2004, mungkin kalo masih ada dia sekarang berumur 7 tahun, terlahir normal, sehat dan maaf tanpa cacat, anak yang lucu dan menggemaskan.
Menginjak usia 1 tahun, kepintarannya mulai terlihat, anak yang aktif, celotehannya yang lucu yang membuat aku senang berada ditengah-tengahnya..Entah mengapa kalo aku berada didekatnya rasa sayangku semakin bertambah, memang aku sangat suka dengan anak kecil, tapi berbeda dengan anak yang satu ini rasanya istimewa, rasa sayangku terhadapnya tak bisa berpaling, padahal banyak adik sepupuku yang seumuran dengannya.
Dia Mulai menginjak usia 1,5 tahun, sudah bisa berjalan walaupun pembicaraannya masih terbata-bata..tapi dasar anak kecil, tetap aja lucu..dia anak yang aktif, seperti baterai yang tak pernah habis..
Karena kedua orangtuanya bekerja, terpaksa anak itu diasuh oleh nenekku, walaupun begitu perhatian tuk anaknya tak pernah lepas. Mereka selalu mendekap anaknya disaat pulang bekerja, walaupun rasa lelah yang mendera, tapi demi sang buah hati mereka rela menanggalkan rasa lelah itu.
Di hari minggu pagi, anak nya tiba-tiba demam tinggi yang tak kunjung reda meskipun sudah dikompres, kepanikan pun mulai kedua orangtuanya, bergegaslah mereka membawa ke dokter anak, tapi saat diperiksa dokter mengatakan hanya cuma demam biasa, karena faktor cuaca dan imun yang kurang baik jadi cepat terserang demam, dan dokter itu pun memberi obat penurun panas biasa, yang mungkin disetiap apotek tersedia (maaf tidak bisa disebutkan). Rasa panikpun mulai turun, mungkin karena pertama kali menghadapi anak sakit yang cukup memicu adrenalin mereka berdua, yang terbiasa melihat anaknya terkulai lemah dan hanya diam saja.
Tiga hari kemudian demamnya sudah mulai tak menampakan lagi, seperti biasa anak itu mulai aktif lagi, dia senang banget kalo sudah mendengar lagu-lagu sunda apalagi lagunnya Darso, hapal betul lirik nya walaupun dia masih kecil tapi daya ingatnya sangat kuat sekali.Dia langsung menari kalo sudah mendengar itu.
Satu minggu kemudian, demam tinggi menyerangnya kembali.Kali ini sangat aneh karena disertai lebam-lebam biru di sekitar muka, badan, tangan dan paha. Kami pun terheran-heran kok bisa terjadi seperti itu padahal menurut nenekku dia tidak jatuh sama sekali.Akhirnya dibawa ke dokter anak yang sama, dia masih memvonis demam biasa, tapi hati seorang ibu mengatakan lain, bahwa ada hal yang janggal dengan penyakit anak itu, bibiku pun minta dirujuk agar diperiksa darah di laboratorium, dan memeriksakan kembali kondisi anak itu ke dokter spesialis anak, memang hati kecil seorang ibu tak bisa diragukan, dokter pun memeriksa hasil tersebut dan memvonis seorang anak kecil yang tak berdosa dengan penyakit Kanker Darah (Leukimia).
Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Seperti semua sel-sel darah, sel-sel leukemia mengalir ke seluruh tubuh. Tergantung pada jumlah sel-sel yang abnormal dan tempat sel-sel ini terkumpul, pasien leukemia mempunyai sejumlah gejala umum antara lain:
- Demam atau keringat malam
- Infeksi yang sering terjadi
- Merasa lemah atau letih
- Sakit kepala
- Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
- Nyeri di tulang atau persendian
- Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran limpa)
- Pembengkakan, terutama di leher atau ketiak
- Kehilangan berat badan
- Penyebab Penyakit Leukemia
Sampai saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia.
1. Radiasi. Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani kasus Leukemia bahwa Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia, Penerita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia, Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
2. Leukemogenik. Beberapa zat kimia dilaporkan telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia inustri seperti insektisida, obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi.
3. Herediter. Penderita Down Syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
4. Virus. Beberapa jenis virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
Keluarga besar kami pun tak percaya dengan penyakit yang diidap anak tersebut, karena riwayat kesehatan keluarga kami tak seorangpun yang pernah terserang penyakit yang sangat mematikan itu.Dokter pun segera menyarankan untuk segera dirawat, beliau menunjuk rumah sakit swasta yang kebetulan dekat dengan rumah kami, para dokter spesialis pun segera menanganinya, karena mulai terlihat lebam yang parah diseluruh tubuhnya, satu hari dia koma, kami semuanya panik dengan melihat kondisi itu, Ya Tuhan anak yang tak berdosa ini sudah diberi cobaan yang sangat besar.
Kondisi badannya semakin melemah terkulai tak berdaya, tapi senyuman manisnya masih tetap terlihat, tak terasa sudah satu minggu dirawat disana, tapi tak ada tanda-tanda perkembangan yang baik hanya kabar-kabar buruk yang disampaikan para dokter. Tak ada cara lain dokter pun memutuskan untuk memindahkan perawatan ke rumah sakit negeri di Bandung, karena perlengkapan kedokteran yang belum lengkap tuk menangani penyakitnya.
Kamipun bingung dengan keadaan tersebut apalagi untuk pemindahan rumah sakit harus menyelesaikan terlebih dahulu biaya administrasi, sedangkan di rumah sakit swasta, biaya satu minggu cukup mengejutkan kami, karena mahalnya cek darah yang terus menerus dilakukan, belum lagi biaya transpusi darah dan biaya obat-obatannya. Apalagi perusahaan pamanku tidak menanggung biaya perawatan dengan penyakit kanker.
Kamipun segera menuju rumah sakit yang dirujuk dokter tadi, tapi sesampai disana karena ruangan pasien waktu itu cukup penuh terpaksa anak itu ditempatkan di ruang UGD, tak terbayangkan aku berada diruangan yang penuh dengan pasien-pasien yang berbagai macam penyakit, peralatan yang begitu mengerikan, para dokter yang bolak-balik memeriksa pasiennya, di depanku ada pasien kecelakaan kakinya patah dan darah mengalir dimana-mana, ada yang mukanya kebakaran, ah..pokoknya suasana yang mengerikan. Melihat keadaan sekitar itu badanku pun mulai gemetaran, kututup mata dengan kedua tanganku karena tak sanggup untuk melihat semuanya. Hanya bibiku yang tegar, atau tak peduli dengan keadaan sekitar karena mungkin yang hanya dibenaknya cuma anaknya yang terkulai lemah dihadapannya.
Aku tak sanggup untuk berlama-lama di ruang UGD, akupun keluar mencari pamanku yang sedang mengurus pendaftaran pasien umum, ternyata untuk biaya kamar setiap harinya, cukup lumayan mahal. Setelah selesai semua pengurusan administrasi, kami pun segera menghampiri bibiku yang sedang sendiri menunggu anak kesayangannya. Dokterpun sedang memeriksa perkembangan kondisi anak itu, dan harus segera dilakukan transpusi darah karena badannya yang sangat pucat, berhubung persediaan darah Golongan A tidak tersedia kami harus membeli langsung ke Palang Merah Indonesia(PMI) tentunya disertai dari rujukan laboratorium rumah sakit. Kamipun bergegas menuju PMI, ternyata persediaan disanapun tak ada, kita bingung dengan kondisi seperti ini, Pihak PMI menyarankan untuk pamanku mencoba mendonorkan darahnya walaupun mungkin ini pertama kalinya, ternyata setiap tetes darah itu sangat berarti bagi nyawa seseorang. Pendonoran sudah selesai tapi masih tetap menunggu proses darahnya dulu, tak bisa dibawa langsung, cukup memakan waktu lama memang, tapi bagaimana lagi, harus tetap menyabarkan diri. Perkembangan kondisi anak itu pun selalu disampaikan pada pamanku, kondisinya sangat melemah harus segera ditranspusi darah. Tapi apalah daya semua harus dihadapi dengan penuh ekstra sabar.
Setelah beberapa jam berada disana akhirnya kami pulang segera membawa darah untuk ditranspusikan, tapi tetap saja karena kondisi badan anak itu masih belum normal dengan demam tinggi tak bisa dilakukan transpusi tersebut, kesal sekali mendengar pernyataan itu, harus bagaimana lagi.
karena ada ruangan anak yang kosong, hari itu juga segera dipindahkan. Para dokter dan perawat segera mengambil sample darah sebelum dilakukan transpusi darah, kondisi anak itu pun mulai terlihat segar setelah dilakukan transpusi darah satu labu, tapi kondisi itu bertahan hanya 4 jam, setiap hari harus selalu dilakukan transpusi darah sekitar 4 labu, tak terbayangkan berapa orang yang harus kami cari untuk menjadi pendonornya, saya pun segera menghubungi teman-teman yang mempunyai Golongan tersebut, dan Alhamdulillah ada saja yang berbaik hati untuk menolong anak itu.
Beberapa minggu dirawat tak kunjung berita baik yang kami dengar, selalu saja mulai mengkhawatirkan, perkiraan dokter Kondisi mulai tak menampakan lagi kemajuan dan diperkirakan hanya bertahan tidak sampai 4 bulan. Kita pun panik mendengar penyataan dokter, apa yang lagi yang harus kami lakukan ternyata diagnosa nya leukimia akut resiko tinggi.
Leukimia akut adalah suatu keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah abnormal (blastosit), disertai penyebaran ke organ-organ lain.
Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun.
- Leukemia diklasifikasikan berdasarkan jenis sel
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.
Dari klasifikasi ini, maka Leukemia dibagi menjadi empat type sebutan;
1. Leukemia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.
2. Leukemia mielositik akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
3. Leukemia limfositik kronis (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.
4. Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit.
- Diagnosa Penyakit Leukemia (Kanker Darah)
Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah ; Biopsy, Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture.
- Penanganan dan Pengobatan Leukemia
Penanganan kasus penyakit Leukemia biasanya dimulai dari gejala yang muncul, seperti anemia, perdarahan dan infeksi. Secara garis besar penanganan dan pengobatan Leukemia bisa dilakukan dengan cara single ataupun gabungan dari beberapa metode dibawah ini: 1.Chemotherapy/intrathecal medications
2. Therapy Radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan
3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang)
4. Pemberian obat-obatan tablet dan suntik
5. Transfusi sel darah merah atau platelet.
Sistem Therapi yang sering digunakan dalam menangani penderita leukemia adalah kombinasi antara Chemotherapy (kemoterapi) dan pemberian obat-obatan yang berfokus pada pemberhentian produksi sel darah putih yang abnormal dalam bone marrow. Selanjutnya adalah penanganan terhadap beberapa gejala dan tanda yang telah ditampakkan oleh tubuh penderita dengan monitor yang komprehensive.